Friday, July 16, 2010

Jalan Masih Panjang ...

Jalan masih panjang........

Hamzah (isayit@forfree.at)
Mon, 01 Jun 1998 16:05:25 +0700

Assalaamu'alaikum wr.wb.

Sebagian dari kita telah berpikir secara normatif, sehingga yang dilihat
adalah kesalahan-kesalahan pada mereka yang bertindak realistik atau
pragmatis. Sementara sebagian yang lain bertindak sangat pragmatis,
sehingga mereka menuduh yang normatif sebagai sangat naif dan pemimpi.
Kedua kelompok ini sering bertabrakan, akibatnya sering dipahami sebagai
keretakan umat ... kata akhirnya adalah "pluralisme" dan "ukhuwah
islamiah", namun demikian solusi ini tampaknya sulit dilakukan mungkin
karena pelakunya yang tidak mampu melaksanakan atau mungkin solusi ini
memang tidak tepat.,

Saya memilih yang terakhir, "bahwa kedua solusi itu tidak tepat".
Menurut saya solusinya adalah kita mesti berpikir dan bertidak secara
normatif sekaligus realistik, agar lebih jelasnya kita gunakan model
berpikir atau bertindak sbb:

[1] Formulasi konsep Ideal Islam
Studi qur'ani, hadist-hadist sahih dan praktek tiga generasi terbaik,
yakni generasi rasulullah, tabiin dan tabiut tabiin. Tujuan dari point
ini adalah memperbaiki buruknya pemahaman kita tentang islam.

[2] Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threath.
Analisis ini mengkaji tentang kondisi riil kita, musuh dan lingkungan.

[3] Menformulasikan tujuan-tujuan praktis dalam rangka mencapai tujuan
ideal secara evolutif tetapi terarah.

Dengan cara berpikir yang demikian insya Allah kita akan lebih tenang di
dalam memahami dinamisasi perjuangan umat islam di Indonesia (dimanapun)
tanpa terjebak pada tindakan yang terlalu cepat menghakimi ataupun
terlalu yakin bahwa semua gerakan "on the right track". Kita akan
mengerti mana yang mesti kita dukung, kita biarkan, ataupun kita lawan
tentunya saja dengan cara-cara yang baik.

Wassalamu'alaikum wr.wb.
Hamzah

---------
> Ibnu Utama
> Bismillaah....
>
> Assalaamu 'alaikum
>
> Yang selama ini saya amati ada dua kelompok besar ke-islaman yang
> memperjuangkan Islam. Pertama adalah kelompok yang memperjuangkan
> Islam lewat slogan-slogan yang bersifat simbolik, lugas, dan kerap
> kali mengisukan masalah-masalah yang bersifat normatif. Saya me-
> lihat kelompok ini terilhami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Me-
> sir, ataupun gerakan syiah pada Revolusi Iran.
>
> Kelompok kedua adalah orang-orang yang memperjuangkan Islam melalui
> cara-cara baru yang lebih bersifat substantif, cerdas, dan sangat
> berbau unsur-unsur politis yang bersifat ambigu (dualisme). Pelaku-
> pelakunya kerap kali dapat di juluki badut-badut politik. Yang per-
> lu diingat cara-cara ini sangat efektif untuk melumpuhkan argumenta-
> si dari musuh-musuh Islam secara damai.
>
> Dalam pandangan saya tidak ada yang salah dari kedua cara di atas,
> Yang salah adalah ketika kita terlalu cepat untuk menghakimi mana
> yang benar dan mana yang salah.
>
> Dalam kerangka reformasi di Indonesia, saya melihat Pak Amin Rais
> paham betul mengenai dua mainstream di atas, karena di lihat dari
> latar belakang Pak Amin yang pernah melakukan research mengenai ke-
> dua gerakan di atas (Ikhwanul Muslimin dan Revolusi Iran), sekali-
> gus beliau terdidik dalam lingkungan yang sekular di US.
>
> Saya sangat yakin kedua kutub ini berpotensi untuk ber"sinergi"
> antara satu dengan yang lainnya, dalam kerangka dialog yang sehat,
> dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Tapi yang perlu
> diingat kedua kutub ini berpotensi pula untuk memecah belah per-
> saudaraan umat Islam.
>
> Nah...saya berwasiat kepada diri kepada saya sendiri dan sahabat-sa-
> habat di Isnet ini agar kita selalu mencari titik temu-titik temu
> agar kedua kutub pemikiran di atas dapat bersinergi, berdiskusi
> dan bertausiah dengan semangat persaudaraan Islam, bukan dengan sa-
> ling menuding antara yang satu dengan yang lainnya.
>
> Hal inilah yang ingin saya ungkapkan kepada sahabat-sahabat di Is-
> net, agar kita tidak terlalu cepat menuduh Pak Habibie sebagai pre-
> siden yang tidak Islami, ataupun tokoh-tokoh yang lainnya. Ada baik-
> nya jika kita menjalin dialog yang sehat, dewasa, dan terbuka.
>
> Toh....saya yakin masa depan kita sebagai umat Islam masih panjang,
> masih banyak masalah-masalah lain yang harus kita tangani, seperti
> kelangkaan sumber daya manusia yang ahli dan trampil dalam teknolo-
> gi, budaya, politikus yang harus lebih hebat dari Pak Amin, ekonom-
> ekonom yang menguasai permasalahan moneter (sehingga perekonomian
> tidak tergantung lagi dari mata uang asing). Semua harus bekerja
> sama dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi.
>
> Untuk saudara Nasrallah dari Malaysia, saya sangat menghargai
> pendapat anda, tetapi permasalahannya adalah tidak semudah membalik
> telapak tangan kita. Dari beberapa informasi yang saya peroleh sam-
> pai saat ini beberapa daerah di Indonesia terancam kelaparan, belum
> lagi bermunculan partai-partai kecil yang hanya memikirkan kelompok
> (kumpulan) mereka sendiri tanpa mempertimbangkan nasib rakyat banyak.
>
> Permasalahan Indonesia sangatlah kompleks sekali, diperlukan pemikir-
> an yang jernih, bukan dendam kesumat, bukan pula menuding beberapa
> pemuka seperti Emil Salim, Gus Dur, ataupun Mega. Yang diperlukan a-
> dalah tataran konsepsional perekonomian dan politik, sehingga semua
> rakyat dapat bebas dari kemiskinan dan ketergantungan dari negara-
> negara besar.
>
> Ihdinashshirathal Mustaqiem.
>
> Ibnu Utama.