Friday, July 16, 2010

Tentang Ilmu

TENTANG ILMU
[ Dipersiapkan oleh Team Mu'allim LPMI ]

Disalin dari hp nya Mas Hamzah

DEFINISI ILMU

1. Lughoh/Bahasa

Al 'ilmu dhidzdzul jahli, Ilmu adalah lawan dari kata bodoh / jahil. [Lisanul Arob, Ibnu Mandhur I/870]

2. Istilah

Idzrakusy syaii bi haqiiqatihi, Mengetahui sesuatu sampai hakekatnya. [Al Munjid 527]
Shifatun yankasyifu bihaal mathluubu inkisyaafan taamann, Suatu sifat yang menyingkap (rahasia) sesuatu secara sempurna. [Mu’jamul Wasith II/124]

3. Syar'iy

Ilmu shohih adalah ilmu yang sesuai dengan 'amal, baik amalan hati, amalan lisan, maupun anggota badan, sesuai dengan petunjuk Rasululloh Shalallahu 'Alaihi Wassalam. [Perkataan Ibnul Qayyim dan Imam Syatibi, lihat al Ilmu 'inda ahli Sunnah, DR Muhammad al Kha'ran 13-16, Majmu' Fatawa, Ibnu Taimiyah 10/664]

Berkata Ali bin Abi Tholib:

Innamal 'alimu man 'amilu bimaa 'alima wa waafaqahu 'ilmuhu 'amalahu
Sesungguhnya yang disebut orang 'alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan yang ilmunya sesuai dengan 'amalnya. [Tibyan fie Adab Hamlatil Qur'an, An Nawawi 17]

DISYARIATKANNYA MENCARI ILMU

1. Firman Allah :

Bacalah dengan nama Robb-mu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Robb-mu yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan perantaraan qolam. Mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui. (Al-'Alaq 1-5)

Iqra adalah membaca dalam arti luas (mengkaji) karena Muhammad SAW adalah nabi yang ummy (tidak bisa membaca), sehingga bila perintah iqra diartikan membaca dalam arti membaca buku saja adalah tidak tepat. Tidak adanya obyek bagi perintah iqra menunjukkan ajakan untuk mengkaji apa saja. Hal ini setara dengan dengan kata khalaqa yang juga tidak diberi obyek, sehingga menunjukkan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Jadi kajilah segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah.

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi tiap-tiap golongan di antara mereka sekelompok orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang dien dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah 122)

2. Hadits Rasululloh

Thalabul 'ilmu fariidhatun alaa kulli muslimin
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. [Shohih Jami'ush Shoghir, Imam al Suyuti 5264]

3. Perkataan Salaf

Imam Al-Bukhoriy berkata :

Al 'ilmu qablal qauli wal 'amali liqaulillahi ta'alaa: faa'lam innahu laa ilaha illa allahu
Ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan, karena Allah berfirman, "Ketahuilah bahwa tidak ada ilah kecuali hanya Allah." [Al Jamili Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, Ibnul Abdil Bar I/11]

LARANGAN BERKATA TANPA ILMU

Allah Ta'ala telah mengharamkan perkataan tanpa ilmu, terutama pada permasalahan yang berkenaan tentang Allah, urusan haram dan halal tanpa hujjah syar'iyyah.

1. Al-Qur-an

Allah berfirman :

Janganlah kamu mengikuti (wa laa taqfu) sesuatu yang kamu tidak mempunyai ilmu atasnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu akan dimintai pertanggungan-jawabannya. [17:36]

Ibnu 'Abbas menjelaskan bahwa "wa laa taqfu" artinya "wa laa taqul" (jangan berkata). Ibnu Katsir ketika menerangkan ayat diatas berkata :

Innallaha nahaa ‘anil qauli bidh dhanna
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melarang perkataan tanpa ilmu, juga perkataan dengan dhonn (persangkaan). [Fathul Bari, Ibnu Hajar I/161]

Katakanlah, Robb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [7:33]

2. Hadits Rasululloh

Man qala fiil qur-aani bighairi 'ilmin falyatabauwak maq'adahu minan naari
Barang siapa yang berbicara tentang sesuatu berkenaan dengan Al-Qur-aan tanpa ilmu, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka. [Al Qur'anul Adhim, Ibnu Katsir, Surat Isro' ayat 36]

Man kadzdzaba alaiya mata'ammidan falyatabauwak maq'adahu minan naari
Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah menempati tempat kembalinya di neraka. [Shohih, HR Tirmidzi 2950, Ahmad 2089, Thobari 73]

3. Perkataan Salaf

Abu Bakar berkata:

Ayyu ardhin tuqilunii wa ayyu samaa'in tuzhillunii idzaa qultu alaallahi maa laa a'lamu
Bumi mana yang akan melindungiku, dan langit mana yang akan menaungiku bila aku berkata sesuatu tentang Allah yang aku tidak ketahui. [Shohih Muslim I/5]

Abu Hushain berkata :

Inna ahadakum layuftii fiil masalati lau waradat alaa 'umar bin khaththab lajama'a lahaa ahlal badriin
Sungguh salah seorang diantara kalian mudah berfatwa dalam suatu urusan yang seandainya ditanyakan kepada Umar, ia akan mengumpulkan seluruh Ahli Badar (untuk menjawabnya). [Syarh Sunnah, Imam Baghowi I/244]

FUNGSI ILMU

Diantara fungsi ilmu yang terpenting adalah :

1. Sebagai alat ma'rifatulloh.

Allah berfirman : faa 'alam annahu laa ilaha illallahu [Muhammad: 19]
Ketahuilah bahwa tidak ada ilah selain Allah.

Man maa ta wa huwa ya'lamu annahu laa ilaha illallahu dakhalal jannata
Barang siapa mati, sedang dia mengetahui bahwa tidak ada ilah kecuali hanya Allah akan masuk jannah. [HR Muslim, Kitabul Iman I/55, Ahmad I/85]

2. Menunjukkan jalan yang benar (haqq) dan meninggalkan kebodohan

Man yuridillahu bihi khairan yufaqqihhu fiid diini
Artinya : Barang siapa dikehendaki Allah padanya kebaikan, maka Allah akan memahamkan dien kepadanya. [Muttafaqqun 'alaih]

Ibnul-Qoyyim Al-Jauziyah berkata bahwa Rasululloh mengidentikkan kejahilan sebagai penyakit dan menjadikan obatnya bertanya kepada ulama', sebagaimana sabda Rasululloh :

Awalam yakun syifaa'ul ghabiis suaal
Artinya, "Bukankah obat kejahilan itu bertanya ?" [Daa' wa dawa', Ibnul Qayyim 14, HR Riwayat Hakim I/178, Abud Dawud 336, Ibnu Majah 572, Seluruh perowinya tsiqah]

3. Syarat diterimanya amal dan dasar dari seluruh perkataan dan perbuatan.

'Aisyah Ummul-mu'miniin meriwayatkan bahwa Rasululloh bersabda :

Man 'amila amalan laisa 'alaihi amrunaa fahuwa radun
Artinya : Barang siapa beramal tanpa dasar dari kami, maka tertolaklah amalan tersebut. [HR Bukhari III/91, Muslim bab Qadhiyah 81]

Ibnu Munir berkata bahwa ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan ; keduanya tidak bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu adalah pembenar niyat, sedang amal tidak diterima tanpa niyat yang benar. [Fathul Bari, Ibnu Hajar I/161]

MACAM-MACAM ILMU

Rasululloh bersabda :

Artinya : Dari Anas, dari 'Aisyah radliyallaahu 'anha berkata : bersabda Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam,

In kaana syaian min umuuri dunyaakum fasya'nukum bihi wa in kaana min umuuri diinikum fa ilaiya
Untuk urusan dunia kalian, maka kalian lebih mengetahui, sedangkan untuk urusan dien, maka kembalikanlah kepadaku." [HR Ibnu Majah, II/825]

Perlu dicatat disini hadist ini asbabul khurujnya berkenan dengan masalah penyerbukan bunga korma, yang merupakan pengetahuan tentang pertanian yang kurang dipahami oleh Rasulullah SAW yang berasal dari Mekkah, sehingga urusan dunia di sini sebenarnya yang dimaksudkan adalah berkenaan dengan natural science.

Ada dua klasifikasi pokok dalam pembagian ilmu :

1. Ilmu Dien / Ilmu Syar'iy
1. Fardlu 'Ain

2. Ilmu-ilmu yang 'aqidah dan 'ibadah tidak benar dan sah kecuali dengannya seperti rukun iman dan rukun Islam. Fardlu Kifayah

Ilmu-ilmu yang membahas cabang ilmu dien secara detail dan rinci seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu faroidh, dll. Ilmu Dunia/ ilmu Kaun
2.

Segala ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah mashlahat dunia, yakni science dan teknologi. Hukumnya fardlu kifayah.

METODE MENCARI ILMU SYAR'IY

1. Tiga perangkat alat untuk mencari ilmu.

Allah Ta'aala telah memberikan kepada manusia tiga perangkat untuk dapat mengenal Robb-nya, yaitu : pendengaran, penglihatan dan hati. Allah berfirman :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. [An Nahl 78]

Maka siapa yang menyia-nyiakan tetaplah baginya Jahannam, seperti firman-Nya :

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan-nya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagaimana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. [Al A'raaf, 179]

2. Metode Tholabul ilmi Syar'i

a. Pada masa salaf

Berkata Ibnu Sirin :

Inna hadzaal 'ilma diinun fanzhuruu 'amman ta'khudzuuna diinikum
Sesungguhnya ilmu itu adalah dien, maka lihatlah kepada siapa kamu mengambil ilmumu. [Muqodimah Shohih Muslim I/15]

Para salaf tidak menuntut ilmu kecuali kepada ahlinya, yaitu para ulama' yang tsiqqoh (terpercaya) dan termasyhur kedalaman ilmunya, sehingga mereka mengadakan rihlah dalam tholabul-ilmi sampai ke negeri-negeri yang jauh.

Ibnu Abbas radliyallaahu 'anhu berkata, "Dulu kami jika mendengar seseorang berkata "Rosulullah bersabda begini" kami cepat-cepat memperhatikan dan mendengarnyanya . Akan tetapi setelah terjadi kesulitan pada mausia dan mereka mempermudah urusan (terjadinya fitnah), kami tidak mengambil dari mereka kecuali orang-orang yang kami ketahui (ke-tsiqoh-annya)."

Khotib Al-Baghdadiy berkata :

Artinya : Jika seseorang hendak belajar hanya kepada beberapa ulama' saja, maka hendaklah ia memilih para ulama' yang sudah masyhur ketekunan (kejelian) dan ilmunya. [Adab Tholibul Hadist, Khotib al Baghdadi, 12]

Ibrohim (An-Nakhoiy) berkata :
Artinya : Mereka (para salaf) jika mendatangi para 'alim untuk mengambil ilmu darinya melihat kepada sifat-sifatnya, sholatnya dan keadaannya, baru kemudian mengambil ilmu darinya. [Ibid]

b. Pada masa kini

Kaidah-kaidah di dalam mencari ilmu pada masa salaf juga berlaku pada masa kini namun sedikitnya Ulama pada masa kini terutama yang sampai derajat mujtahid menjadilan sulitnya Tholibul ilmi untuk bisa ber-mulazamah kepada mereka seperti yang pernah dilakukan salaful ummah.

Rosulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam bersabda :
Sesungguhnya diantara tanda dekatnnya hari Qiyamat adalah sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan. (HR. Al-Bukhori)

Sesunguhnya Allah Azza wa Jalla tidak mengangkat ilmu dengan seketika dari manusia tetapi dengan mematikan Ulama, sampai apabila tidak tinggal seorang 'alim pun, manusia akan mengangkat para pemimpin yang bodoh yang ketika ditanya ia akan berfatwa tanpa ilmu, maka ia sesat dan menyesatkan mereka itu. (HR. Bukhori dan Muslim).

Adapun bagi Tholibul ilmy syar'i, cara terbaik dalam mempelajari ilmu dien adalah sebagaimana Syeikh Utsaimin berkata: [Fatawa 'Utsaimin III]:

Hendaklah Tholibul ilmi memulai dengan :

1. Kitabullah beserta tafsirnya (seperti tafsir Ibnu katsir)
2. Sunnah Rosulullah yang shohih (seperti Shohih Bukhori. Muslim dan Sunan Arba'ah) beserta Syarhnya (seperti Fathul Bary dan Nailul Authar)
3. Kitab-kitab Fiqh (seperti al-Majmu' karangan Imam Nawawiy, al Mughny karangan Ibnu Qudamah)
4. Kitab-kitab para Ulama yang memilki otoritas keilmuan yang tinggi, seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyim
5. Kitab-kitab Ma'ashir karangan para Ulama yang merujuk pada Ulama Salaf.

FADHILAH ILMU (THOLABUL ILMI, THOLIBUL ILMI DAN 'ALIM 'ULAMA)

1. Ilmu mengangkat derajat pemiliknya

Allah Ta'aala berfirman :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-rang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al Mujaadilah:11]

2. Sebagai tanda bahwa pemiliknya berada di atas kebaikan.

Rasululloh bersabda :

man yuriidillahu bihi khairan yufaqqihu fiid diin
Barang siapa dikehendaki Allah padanya kebaikan, maka Allah akan memahamkan dien kepadanya. [Muttafaqun Alaih]

3. Dimudahkan jalannya menuju jannah.

Rasululloh bersabda :

man salaka thariiqan yaltamisu fiihi 'ilman sahallallahu lahu thariiqan ilaal jannah
Barang siapa menempuh suatu perjalanan dalam tholabul-ilmi, maka Allah akan melapangkan jalannya ke jannah. [HR Muslim, Tirmidzi 2646, Abu Dawud 3643]

4. Dinaungi para malaikat dan dido'akan olehnya serta seluruh penghuni langit dan bumi bahkan semut dan ikan di lautan.

Rasulullah bersabda :

Innal malaaikata latadha'u ajnihatahaa lithaalibil 'ilmi ridhan bimaa yuthlabu
Sesungguhnya para malaikat menaungi dengan sayapnya orang yang mencari ilmu, dikarenakan ridlo kepada apa yang dicari.[Hasan, HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Jami'ush Shoghir 2123]

Innallaha wa malaaikatahu wa ahlus samawaati wal ardhi wa hattan namlatu fii hujrihaa wal huutu layushalluuna man yu'allimun naasal khairan
Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, sampai semut diliangnya dan ikan mendo'akan kebaikan kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. [HR Tirmidzi 2685, Thobroni dan Al Bazar]

5. Tholibul-ilmi berada di jalan Allah.

Rasululloh bersabda :

man kharaja fii thalabil 'ilmi fahuwa fii sabiilillahi hatta yarjiu
Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali. (Hasan, HR. Tirmidzi, 2647, Ibnu Majah, 227)

6. Seorang 'Alim lebih afdlol dari pada seoran 'Abid.

Fadhlul 'aalimi alaal 'aabidi kafadhlil qamari alaal saairil kawaakibi
Sesungguhnya keutamaan seorang 'Alim atas seorang 'Abid seperti kelebihan cahaya rembulan dari seluruh Bintang-bintang. [HR Tirmidzi 2682]

Abi Umamah meriwayatkan :

Fadhlul 'aalimi alaal 'aabidi kafadhlii 'alaa adnaakum
Fadlilah seorang 'Alim atas seorang 'Abid seperti kelebihanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. (HR. Tirmidzi , Jami'ush Shoghir : 5859)

7. Mendapatkan pahala seperti pahala amalan orang yang kepadanya diajarkan ilmu tersebut.

Rasululloh bersabda :

Man dalla alaal khairi falahu mitslu ajru faa 'ilihi
Barang siapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya. [Shohih, HR Tirmidzi 2671]

8. Pahala 'Alim yang bermanfaat ilmunya tidak terputus setelah wafatnya.

Diriwayatkan dari Abu Huroyroh bahwa Rasululloh bersabda :

Apabila seseorang meninggal maka terputuslah segala amalannya kecuali dari tiga perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendo'akan-nya. [HR Muslim 2674, Tirmidzi 1376, Abu Dawud 2880]

KARASTERISTIK SEORANG ‘ALIM

1. Khosyatullah

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman :

Sesunggunya yang paling takut kepada Alloh,diantara hamba-hamba-Nya adalah Ulama. [Faatir:28]

Ibnu Mas'ud berkata : Ilmu itu bukan karena banyaknya perkataan, tetapi karena khosyatulloh (takut kepada Allah). [HR Thobroni, Majma' Zawaid, Haitsami X/235]

Imam Ahmad berkata : Pokok ilmu adalah khosyah (kepada Allah). [Dzamul Jahl, Muhammad Ruslan, 187]

2. Barokah ilmu dengan amal dan barokahnya waktu dalam thoah dan hal-hal yang bermanfaat.

Ali bin Abi Thalib Rodliyallaahu 'Anhu berkata : Bahwasanya 'alim itu yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya sesuai dengan amalnya. [At Tibyan fii Adabil Hamlatil Qur'an, An Nawawy 17]

Ibnu Mas'ud Rodliyallaahu 'Anhu berkata, Sungguh saya sangat membenci seseorang yang saya lihat kosong dari pekerjaan dunia dan amalan akherat. [Musnad Imam Ahmad]

Al-Mahdi berkata, Seandainya dikatakan pada Hammad bin Salamah, 'Besok anda akan meninggal', maka ia tidak akan mampu menambah sedikitpun dari amalannya (karena penuh waktunya dengan amal sholih). [Siyarul Alam An Nubula, Adz Dzahabi 7/447]

3. Mendakwahkan ilmunya dan tidak menyembunyikannya

Allah 'Azza Wa Jalla berfirman :

Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semua (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang dien dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri. [At Taubah 122]

Rosulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam bersabda :

Ballighuu 'anni wallau ayata
Sampaikanlah apa -apa yang datang dariku walaupun satu ayat. [Shohih HR Bukhori IV/207]

Abu Dzar Al Ghifari Radliyallaahu 'anhu berkata, Seandainya kalian (para raja) meletakkan sebilah pedang di mulut ini agar aku menyembunyikan satu perkara yang aku dengar dari Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam maka pasti aku sampaikan urusan itu walau tidak kalian izinkan. [Shohih, HR Bukhori I/170]

Hal ini karena mereka faham benar laknat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang akan menimpa orang yang menyembunyikan ilmunya, sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan -keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati. [Al Baqarah 109]

Rosulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam bersabda :

Man suila 'an 'ilmin fakatamahu aljamahullahu yaumal qiyaamati bilijaamin minan naari
Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu dia sembunyikannya, Maka pada hari kiamat Allah akan memasang padanya kekang dari api neraka. [Shohih, HR Ashabus Sunan, Ahmad dan Hakim, Jami'ush Shoghir 8732]

4. Selalu berfikir dan men-tadabburi tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla yang berakhir dengan kesimpulan dan keyakinan bahwa ayat-ayat Allah adalah haq dan tidak ada sedikitpun kebatilan di dalamnya.

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal [Ali Imraan 19]

Dan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semua itu dari sisi Rab kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. [Ali Imraan 7]

5. Selalu mengikuti yang terbaik dan paling mendekati kebenaran.

Allah SWT berfirman:

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. [Az Zumar 17-18]

Imam Malik berkata, Tiap orang diambil dan ditolak perkataannya, kecuali pemilik kubur ini. (Rosulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam) [Bidayah wan Nihayah, 14/140]

Umar radliyallaahu 'anhu pernah melarang mahar yang berlebihan dalam nikah, tiba-tiba berdiri seorang wanita dan berkata, "Apakah engkau akan melarang sesuatu yang diperbolehkan Allah Azza wa Jalla." dalam firman-Nya

Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali darinya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata. [An Nisaa 20]

Maka umar berkata: Benar perkataan wanita itu dan salahlah pendapat Umar. [Al Qur'anul Adhim, Ibnu Katsir 1/442]