Friday, July 16, 2010

Seven Habits, Kaizen dan Islam

SEVEN HABITS, KAIZEN, DAN AJARAN ISLAM
Oleh : Jen Z.A. Hans, Ph.D
Ketua Program Magister Management STIE IPWI

Struktur sosial ekonomi masyarakat kita berbentuk piramida, yang didominasi
oleh kelas bawah, diikuti oleh kelas menengah dan kelas atas. Bentuk
struktur sosial yang kita inginkan adalah belah ketupat yang didominasi
oleh kelas menengah, dengan sedikit kelas atas dan kelas bawah di kedua
ujungnya. Transformasi struktur sosial ekonomi dari berbentuk piramida ke
belah ketupat dihadapkan dengan kendala pola pikir determinisme yang
mendominasi kalangan menengah ke bawah. Dua pola pikir determinisme yang
banyak dianut adalah: Pertama, "genetic determinism", yang pada dasarnya
mengatakan bahwa kita menjadi memble karena kita mewarisi gen-gen
ke-memble-an di dalam chromosom sel-sel tubuh kita dari nenek moyang kita
secara genetis (faktor keturunan); Kedua, "environmental determinism", yang
mengatakan bahwa kita menjadi memble karena faktor lingkungan. Kedua aliran
determinisme sering dijadikan excuse untuk menjelaskan posisi kita yang
berada di bawah. Kalau ditelusuri, pola pikir determinisme berasal dari
pakar perilaku Ivan Pavlov.

Adalah Ivan Pavlov yang mula-mula mengemukakan teori mengenai terdapatnya
hubungan langsung antara Stimulus dan Respons. Melalui percobaannya dengan
anjing yang dikondisikan secara berulang-ulang setiap kali anjing disodori
sekerat daging sambil dibunyikan bel (stimulus), lidah anjing dijulurkan
dan air liurnya keluar (respons). Setelah terkondisi, anjing tetap saja
mengeluarkan air liurnya ketika bel dibunyikan walaupun tidak disertai
dengan sekerat daging. Nah, Ivan berpendapat bahwa manusia tidak ubahnya
seperti anjing yang cenderung memberikan respons tertentu untuk setiap
stimulus yang datang. Itulah sebabnya anak-anak sekolah (mahasiswa) pelaku
tawuran kalau ditanya mengapa mereka tawuran pada umumnya menjawab bahwa
mereka merasa tersinggung (respons) atas perbuatan atau perkataan yang
dilakukan atau diucapkan oleh pihak lawan (stimulus).

Victor Frankl dalam bukunya "Men Search for Meaning" membantah teori Pavlov
dengan mengatakan bahwa manusia sangat berbeda dengan anjing. Bagi manusia,
antara stimulus dan respons terdapat "freedom to choose" (kemerdekaan untuk
memilih). Kita memiliki kebebasan untuk memilih respons terhadap setiap
stimulus yang datang, karena Allah Sang Pencipta melengkapi manusia dengan
Furqon (berupa Al Qur'an yang membedakan antara respons yang haq dan yang
batil), "independent will" (kehendak merdeka), "self awareness (kesadaran
diri), "conscience (kata hati), dan imagination (imajinasi). Respons yang
kita pilih tergantung pada makna yang kita asosiasikan pada stimulus yang
datang.

Perbedaan antara orang-orang yang berada di kelas menengah ke bawah dan
mereka yang berada di kelas menengah ke atas yang terpenting adalah dalam
kebiasaannya. Benar bahwa orang-orang yang termasuk kelas menengah ke atas
adalah orang-orang yang beruntung, karena keberuntungan diperoleh ketika
persiapan bertemu dengan kesempatan. Disadari atau tidak, yang dinamakan
kesempatan atau peluang selalu berada di sekeliling kita setiap saat. Hanya
mereka yang telah dan selalu mempersiapkan diri sajalah yang dapat
mengenali dan menangkap setiap peluang yang datang. Bagi mereka yang tidak
mempersiapkan diri, boro-boro menangkap peluang, bahkan peluang yang
nyata-nyata disodorkan ke depan hidungnya pun disia-siakan karena tidak
menyadari bahwa yang ada di depan hidungnya itu adalah peluang.

Presiden Bill Clinton menilai bahwa daya saing bangsa Amerika mulai
tergeser oleh bangsa Jepang dan negara-negara industri baru di Asia. Salah
satu cara untuk mengembalikan keunggulan bangsa Amerika menurut Presiden
Clinton adalah dengan menerapkan "The Seven Habits of Highly Effective
People" (Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif) yang ditulis oleh
Dr.Steven R. Covey. Kalau bangsa Amerika saja yang sudah maju mau belajar
dari Steven R. Covey, pasti ada hikmahnya bila kita juga mau mempelajari 7
kebiasaan Covey. Bukankah Rasulullah Saw pernah bersabda: "Hikmah itu milik
orang Islam, dimanapun kamu mendapatkannya ambillah".

Apakah kebiasaan itu ? Kebiasaan adalah pertemuan antara "knowledge"
(pengetahuan), "skill" (keterampilan) dan "desire" (keinginan).
Menghentikan kebiasaan merokok misalnya, tidak cukup dengan memiliki
pengetahuan tentang terdapatnya hubungan negatif antara merokok dengan
kesehatan dan mengetahui cara berhenti merokok. Kalau hanya "knowledge" dan
"skill" yang diperlukan, tentu tidak ada lagi dokter yang merokok. Mengubah
kebiasaan mensyaratkan ketiganya. Percaya atau tidak, faktor yang ketiga
yaitu keinginan, sangat dipengaruhi oleh makna yang kita asosiasikan pada
kebiasaan tersebut. Perokok misalnya mengasosiasikan merokok dengan
kenikmatan, sedangkan bukan perokok mengasosiasikan merokok dengan
penderitaan. Berikut ini adalah 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif.

Kebiasaan Pertama, Proaktif.
Proaktif bukan sekedar berinisiatif. Proaktif berarti suatu keyakinan bahwa
apa pun yang kita peroleh dalam hidup merupakan akibat pilihan respons kita
sendiri. Kebiasaan pertama merupakan kesadaran bahwa antara stimulus dan
respons terdapat "freedom to choose". Allah berfirman dalam Surat Ar-Rad
13:11 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri". Kebanyakan orang berpikir
bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri
mereka. Padahal yang benar adalah karena cara mereka memberi makna atas apa
yang terjadi. Selalu ada pilihan untuk bereaksi secara positif terhadap
situasi yang bagaimanapun negatifnya. Kemampuan untuk memilih respons
seperti yang dikemukakan di atas, merupakan fungsi dari kemampuan kita
memanfaatkan karunia Allah berupa Furqon (berupa Al Qur'an yang membedakan
antara respons yang haq dan yang batil), "independent will" (kehendak
merdeka), "self awareness" (kesadaran diri), conscience (kata hati) dan
"imagination" (imajinasi). Dengan kata lain, kebiasaan proaktif menyatakan
bahwa kitalah pemrogram kehidupan kita sendiri.

Kebiasaan Kedua, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran.
Kebiasaan kedua adalah kebiasaan memiliki visi, misi dan tujuan. Kebiasaan
ini menunjukkan arah dan cara menjalani hidup serta menentukan hal-hal yang
penting dalam hidup. Islam mengajarkan pentingnya goal setting ketika
Rasulullah Saw menyatakan setiap perbuatan tergantung niatnya. Kebiasaan
mulai dengan akhir dalam pikiran mengajarkan agar kita menuliskan
programnya.

Kebiasaan Ketiga. Dahulukan Yang Harus Didahulukan.
Mendahulukan yang utama merupakan kebiasaan yang menuntut integritas,
disiplin dan komitmen. Kebiasaan ketiga merupakan perwujudan dari
kemerdekaan memilih hanya melakukan hal-hal penting yang telah ditentukan
pada kebiasaan kedua. Allah Swt berfirman dalam Surat Al Mu'minun 23:1-3
"Sungguh berhasil orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam
sholat mereka dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan dan percakapan
yang sia-sia", dan dalam surat Al-'Ashr 103:1-3 "Demi waktu, sesungguhnya
manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran".
Juga dalam Surat Al Insyirah 94:7-8 "Maka apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan
sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Kebiasaan ketiga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu.

Kebiasaan Keempat, Berpikir Menang-Menang.
Berpikir menang-menang berasal dari karakter yang dicirikan dengan
kejujuran (menyesuaikan kata dengan perbuatan), integritas (menyesuaikan
perbuatan dengan kata), kematangan (keseimbangan antara ketegasan dan
toleransi), dan mentalitas kelimpahan (keyakinan bahwa karunia Allah
tersedia tanpa batas bagi siapapun yang mengikuti sunnatullah atau
"causality law").

Kebiasan Kelima, Berusaha Mengerti Lebih Dulu - Baru (minta) Dimengerti.
Kebiasaan kelima menunjukkan bahwa "the secret of living is giving"
(rahasia kehidupan adalah memberi). Rasulullah Saw bersabda bahwa tangan di
atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah. Petani yang berhasil
mengetahui rahasia hidup tersebut, sehingga ketika ia bersawah ia tidak
meminta sawah agar memberinya panenan, tetapi ia terus memberi dengan
menyemaikan benih, menanam, menyirami, memupuk, menjaga tanaman padi dari
serangan hama dan penyakit sampai tiba saat memanen. Dengan terus memberi,
petani mendapat balasan yang berlipat ganda, dari satu butir berkembang
menjadi tujuh tangkai dan masing-masing tangkai menghasilkan seratus butir,
berarti 700 kali lipat. Allah berfirman dalam Surat Al Zalzalah 99:7-8
"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
balasannya dan barangsiapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, dia akan
melihat balasannya" dan dalam Surat Ar-Rahman 55:60-61 "Tiadalah balasan
kebaikan, melainkan kebaikan pula, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang
kamu dustakan". Juga dalam Surat Al Baqarah 2:261 "Perumpamaan orang yang
memberi di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh
tangkai, pada tiap tangkai itu berisi seratus biji, dan Allah
melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Kebiasaan Keenam, Wujudkan Sinergi.
Bersinergi berarti keseluruhan lebih bernilai daripada jumlah
bagian-bagiannya. Mengenai pentingnya bersinergi, Khalifah Umar bin Khattab
pernah berujar bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan
yang tidak terorganisir. Yang harus diingat adalah agar dapat bersinergi
setiap anggota memiliki lima kebiasaan di atas yaitu proaktif, mulai dengan
akhir dalam pikiran, dahulukan yang utama, berpikir menang-menang dan
berusaha mengerti lebih dulu baru dimengerti. Allah Swt mengingatkan agar
kita hanya bersinergi dalam melakukan kebaikan bukan dalam berbuat dosa dan
permusuhan (Al Maidah 5:2).

Kebiasaan Ketujuh, Mengasah Gergaji.
Rasulullah mengajarkan agar kita terus mengasah gergaji fisik, mental,
sosial / emosional, dan spiritual kita ketika beliau bersabda: "Orang Islam
adalah orang yang begitu sibuk memperbaiki diri, sehingga tidak memiliki
waktu tersisa untuk mencari-cari aib orang lain. Orang Islam adalah orang
yang hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esoknya lebih baik dari
hari ini. Amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah amal yang
dilakukan terus menerus walaupun sedikit."

Orang Jepang sangat menekankan pentingnya melakukan perbaikan diri secara
terus menerus (Kaizen). Dalam buku "Strategic Management", Dess dan Miller
mengemukakan tiga metode Kaizen.

Pertama, Experimentation.
Filosofi experimentation adalah "if you fail at the first time, try, try, …
and try again" "I will persist until I succeed". Ada empat langkah
experimentation:
1. Know what you want (SMART = Specific, Measurable, Achievable,
Reasonable, and Time-limit).
2. Action (if you don't do anything you will be a dreamer or a member of
NATO, no action talk only).
3. Observe whether your action leads you to what you want or not.
4. If not, change your approach. Repeat the process over again until you
get what you want.

Contoh paling bagus untuk experimentation adalah keberhasilan Thomas Alpha
Edison setelah melakukan 10 ribu kali percobaan untuk menemukan bola lampu,
dan Kolonel Sanders yang telah ditolak sebanyak 1009 kali sebelum memulai
bisnis Kentucky Fried Chicken-nya. Allah Swt berfirman dalam Surat Al
Baqarah 2:153 "Hai orang-orang yang beriman, mintalah kepada Allah dengan
sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". Orang
yang sabar adalah orang yang tabah melakukan experimentation untuk terus
meningkatkan kualitas iman, hidup, pikir, kerja dan karyanya (5k). Mana
yang lebih sabar, tukang bakso yang sejak umur 17 tahun mulai mendorong
gerobak bakso dan masih mendorong gerobak bakso yang sama setelah mencapai
usia 40 tahun, atau tukang bakso yang ketika usia 17 tahun mendorong
gerobak bakso, setelah berusia 40 tahun memiliki waralaba bakso di setiap
mal ?

Kedua, Benchmarking.
Daripada melakukan "trial and error" melalui experimentation, ada cara lain
yang lebih mempercepat perjalanan menuju tempat yang kita inginkan yaitu
dengan "benchmarking". Benchmarking disebut juga "role modelling" atau
"reverse engineering". Empat langkah benchmarking:
1. Know what you want (SMART = Specific, Measurable, Achievable,
Reasonable, and Time-limit).
2. Find a model (someone, organization, or firm) that has got what you
want.
3. Observe what the model does.
4. Do the same thing as the model does or do it even better until you get
what you want.

Bangsa Jepang dikenal sebagai the greatest benchmarker in the world. Hampir
semua penemuan yang berguna bagi ummat manusia yang dilakukan melalui
metode experimentation oleh bangsa Amerika atau Eropa seperti mobil,
komputer, telepon, dan televisi telah di-benchmarking oleh bangsa Jepang
sehingga bangsa Amerika dan Eropa sendiri merasa terkaget-kaget melihat
merk Jepang seperti Honda, Toyota, Mitsubishi, Sony dan Hitachi membanjiri
pasar mereka. Singapore, Korea dan Taiwan mengikuti jejak yang telah
dilakukan Jepang. Fadel Muhammad dengan Bukaka Tekniknya memiliki ruang
yang disebutnya "Sontek Room" untuk menyontek penyontek sehingga garbarata
buatan Bukaka Teknik mulai digunakan di bandara negara yang diconteknya.
Allah menyuruh kita menerapkan benchmarking dalam Surat Al Ahzab 33:21
"Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan (role model) yang baik
bagimu, bagi orang orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kemudian dan
banyak mengingat Allah". Rasulullah sendiri, seperti dikemukakan di atas,
menyuruh agar kita mengambil hikmah dari siapapun dan dari manapun, karena
hikmah itu milik orang Islam.

Ketiga, Outsourcing.
Metode Kaizen yang ketiga merupakan suatu kesadaran bahwa betapa pun
hebatnya seseorang tidak akan unggul dalam semua aspek kehidupan. Begitupun
suatu organisasi atau perusahaan tidak mungkin unggul dalam semua hal. Oleh
karena itu kadang-kadang diperlukan melakukan "oursourcing" yaitu mengambil
"source from outside" atau meminta bantuan pihak lain atau
men-subkontrak-kan hal-hal yang dapat dilakukan oleh pihak lain sepanjang
memenuhi tiga kriteria berikut: kualitasnya tinggi (high quality), harganya
murah (low price), dan pengirimannya tepat waktu (just-in-time delivery).
Allah Swt menyuruh kita melakukan "outsourcing" ketika berfirman dalam
Surat An Nahl 16:43 "Bertanyalah kamu kepada mereka yang berilmu, jika kamu
tidak mengetahui".

Alangkah indahnya ajaran Islam. Wajar jika Allah Swt dalam Surat Ar-Rahman
berulang-ulang mengajukan pertanyaan: "Dan nikmat Tuhanmu yang mana lagikah
yang kamu dustakan?" Dan dalam Surat Ibrahim 14:7 "Sungguh jika kamu
bersyukur, niscaya Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu
mengingkarinya, sungguh azab-Ku amat keras." Lagu yang sering dinyanyikan
anak saya dari Bimbo layak untuk direnungkan: "Ajarilah aku ya Allah,
mengenali karunia-Mu, begitu banyak yang Kau beri, begitu sedikit yang
kusadari. Ajarilah aku Ya Allah, berterima kasih kepada-Mu, agar aku dapat
selalu, mensyukuri nikmat-Mu".

Daftar Pustaka
1. Stephen R. Covey :
1990, 7 Habits of Highly Effective People
1992, Principle-Centered Leadership
1994, Daily Reflections for Highly Effective People: Living the 7
Habits of Highly Effective People Every day
2. John Naisbit, 1982, Megatrends: Ten New Directions Transforming Our
Lives.
3. Al Qur'an dan Hadits Rasulullah.